IP

Minggu, 07 Februari 2010

Songket untuk Indonesia Berkilau


TEMPO Interaktif, Apakah sebutir berlian, mutiara, bahkan sebongkah emas menyadari dirinya berkilau dan berpendar? Jawabnya, tidak. Sebab, kilau, pendar, dan cahaya hanya terlihat pada bagian luar dirinya. Seperti Indonesia, yang tengah dilanda berbagai carut masalah, tragedi, bencana, dan sebagainya, belum tentu kita hanya seperti menatap wajah di kaca yang buram.

"Indonesia is beautiful. Di balik segala persoalan yang membalutnya, kilau dan pendarnya akan selalu ada dari sisi menarik yang dinanti banyak orang," kata Virginia Rusli, Pemimpin Redaksi Majalah Clara, yang Rabu pekan lalu di Museum Nasional, Jakarta, menggelar acara 10 Inspiring Women 2010 versi majalah ini.

Acara itu bertema "The Glamorous Indonesia" atau merayakan keberkilauan dan kegemilangan Tanah Air melalui peran sepuluh perempuan yang menyalakan inspirasi. Mereka pun memiliki profesi di berbagai bidang dan sangat berdedikasi, yang mengharumkan Bumi Pertiwi hingga ke mancanegara.

Mereka adalah penyanyi sopran Binu D. Sukarman dan Delia Von Ruet si perancang aksesori internasional. Lalu, musisi, penata musik, dan pengarang lagu Dian H.P.; dua peneliti, Fenny M. Dwivany dan Ines Atmosukarto; perupa Innes Indreswari Soekanto, pendiri yayasan kelola Linda Hoemar; Nancy Go si pendiri label tas Bagteria yang sudah go internasional; atlet panahan Rina Dewi Puspitasari; serta Vivi Yip si pemilik galeri dan kurator seni.

Malam itu sepuluh wanita yang menerima penghargaan naik ke panggung. Acara ini juga diselingi hiburan dan peragaan busana, yang semuanya mengenakan kain songket. Semua kain songket yang digunakan bak berlian serta emas berkilau dan berpendar di atas panggung ini merupakan hasil pengembangan tenun tekstil usaha kecil-menengah di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dari Kampoeng Tenun binaan Bank Negara Indonesia (BNI).

"Kami melihat potensi songket di kawasan tersebut sangat cantik dan khas. Kilauannya menjadi daya pikat, tak hanya bidang mode, tapi juga pariwisata di mancanegara," kata Intan Abdams Katoppo, Sekretaris Perusahaan BNI, yang memasrahkan songket hasil binaannya ini diolah oleh tiga perancang, yakni Barli Asmara, Deden Siswanto, dan Hutama Adhi, menjadi koleksi busana modern.

Intan menjelaskan, selama ini songket pun tersebar di Sulawesi, Sumatera Barat, Bali, Lombok, bahkan Kalimantan. "Namun kekhasan songket Ogan Ilir menjadi daya tarik tersendiri pada motif dan warna yang berkilau bak cahaya keindahan bumi Nusantara."

Di tangan ketiga perancang ini, songket, yang kini dirancang dengan gaya modern, menjadi busana yang disukai masyarakat internasional. "Maka jangan harap pada acara ini songket akan tampil selaras dengan kebaya atau baju kurung," kata Deden Siswanto, yang merancang songket dengan sentuhan kekinian. Dia menjelaskan, songket yang dibuatnya akan tetap sesuai dengan songket pada umumnya, namun tampilannya dengan wajah yang sangat mutakhir.

Baik Barli, Deden, maupun Adhi sepakat menyajikan tema rancangan kali ini Noveaux Songket, yang hadir dalam aneka gaun mini, midi, dan panjang menarik. Barli, misalnya, menyajikan gaya one shoulders dress atau gaun mini dengan bahu terbuka hanya di bagian kanan. Sebelah kanan yang terbuka memberikan tampilan cantik menawan dan seksi dengan kain songket merah marun nan anggun bermotif bunga melati. Di bagian depan, Barli menyelipkan detail permainan pita, sehingga menjadi busana cantik yang siap untuk pesta glamor.

Adapun Deden menyajikan gaya jaket dan gaun panjang warna hitam dan perpaduan merah serta biru. Pada gaya jaket mengingatkan busana bergaya maskulin untuk wanita aktif dan dinamis.

Sedangkan di tangan Hutama Adhi, songket motif geometris dan pakis warna hijau, biru, serta lembayung menjadi busana baby doll dan kemeja bergaya tank top. "Saya tahu wanita masa kini cita rasanya sangat tinggi, suka sesuatu yang tidak ribet tapi memancarkan glamoritas," ujar Adhi. HADRIANI P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar