IP

Minggu, 07 Februari 2010

Bisnis Gadai Penuh Optimisme


INILAH.COM, Jakarta – Seiring pulihnya ekonomi dunia, bisnis gadai semakin menjanjikan. Perum Pegadaian pun terus menggenjot omset dan keuntungan tahun ini. Dana Rp7 triliun pun diajukan untuk merealisasikannya.

Perum Pegadaian menargetkan mampu mencetak laba bersih hingga Rp1,4 triliun di 2010 atau secara tahunan tumbuh 27%. Sedangkan omset tahun ini dapat mencapai Rp75 triliun.

“Kami menargetkan pertumbuhan selalu di atas 20%. Ekspektasi peningkatan itu berasal dari sejumlah bisnis pegadaian, pembiayaan dan jasa lainnya,” ujar Direktur Utama Pegadaian, Candra Purnama, Senin (1/2).

Dengan total aset Rp16 triliun saat ini, sekitar 90% total pendapatan Pegadaian dikontribusi bisnis gadai. Bisnis pembiayaan dan jasa lainnya diperkirakan akan berkontribusi sekitar 10%.

Namun, Chandra optimistis Pegadaian bisa meningkatkan porsi jasa pembiayaan di 2010. “Pembiayaan ini hampir mirip kredit perbankan. Hanya saja, basisnya kami tidak menerima jaminan sertifikat, tetapi hanya barang bergerak,” jelasnya.

Optimisme ini muncul menyusul pencapaian kinerja di 2009. Laba bersih Pegadaian sepanjang tahun lalu diperkirakan sekitar Rp1,1 triliun, naik dua kali lipat dibandingkan realisasi 2008 sebesar Rp628 miliar.

Sedangkan omzet Pegadaian naik 44%, dari Rp34 triliun menjadi Rp49 triliun. “Ini lebih tinggi dari target Rp48 triliun. Kami cukup puas dengan hasil di 2009,” katanya.

Pegadaian telah merencanakan ekspansi besar di 2010 dengan target belanja modal mencapai Rp7 triliun. Hingga April 2010, perseroan berencana menambah hingga 1.500 gerai dari 3.600-an gerai saat ini.

Pegadaian juga akan mengalokasikan dana sekitar Rp170 miliar untuk pengembangan sistem teknologi informasi. Perusahaan berharap bisa menyatukan seluruh jaringan informasi ke dalam sistem menjadi online per 1 April 2010 mendatang.

Dari sisi pembiayaan, Pegadaian tengah berupaya menjajaki pinjaman sekitar Rp4 triliun untuk memenuhi kebutuhan belanja modal serta pinjaman dari pasar uang jangka pendek senilai Rp1 triliun. Selain itu, Pegadaian berencana menerbitkan obligasi senilai Rp2 triliun.

BUMN yang fokus pada bisnis gadai ini berdiri saat Penjajahan Belanda (VOC) mendirikan Bank Van Leening pada 20 Agustus 1746, yakni lembaga keuangan pertama di Batavia yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Lembaga keuangan ini pun beberapa kali berubah metode dan kebijakan, seiring peralihan pemerintah, yaitu ke Inggris, kembali ke Belanda lalu ke Jepang.

Pemerintah Hindia Belanda sempat menerapkan ‘cultuur stelsel’ dimana kegiatan ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Kebijakan itu dipertegas dalam Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli pemerintah.

Alhasil, pada 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat). Tanggal ini akhirnya diperingati sebagai hari ulang tahun Pegadaian. Pada awal pemerintahan RI, Kantor Jawatan Pegadaian sempat berpindah lokasi beberapa kali karena situasi perang. Setelah ke Karang Anyar (Kebumen), Magelang, akhirnya pasca perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta.

Setelah itu pun, Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), selanjutnya berdasarkan PP.No.10/1990 (diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) hingga sekarang.

Kini usia Pegadaian telah lebih dari seratus tahun. Meskipun membawa misi public service obligation, perusahaan masih mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak dan bagi keuntungan kepada pemerintah. Terutama ketika mayoritas lembaga keuangan lainnya berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar