IP

Sabtu, 23 Januari 2010

sebuah renungan: pentingnya ilmu

zaman dahulu seorang yang diangkat menjadi hakim bukan karena ilmunya, akan tetapi karena kedekatannya dengan raja yang pada saat itu berkuasa.
pada suatu hari seorang maling tertangkap basah mencuri di rumah seorang saudagar kaya, pencuri berhasil ditangkap karena kusen jendela yang menjadi tempat sang maling masuk', tiba-tiba rusak. walhasil kusen jendela menimpa badan sang maling, dan mudah diringkus oleh saudagar pemilik rumah. kejadian ini langsung dibawa kemeja hijau, dengan hakim kerabat raja tersebut.

setelah tiba di ruang pengadilan saudagar berkata kepada sang hakim "wahai hakim, orang ini telah masuk kerumah saya tanpa izin dan berniat yang tidak baik dirumah saya, dan telah merusak kusen yang baru beberapa minggu di pasang, saya mohon keadilan dengan menhukum orang ini seberat-beratnya".

Karena si maling mengetahui bahwa hakim ini bukanlah hakim yang cerdas...

Si maling mengelak seraya memohon belas kasihan "seharusnya saya yang memohon keadilan wahai hakim, saudagar ini telah melakukan kecerobohan dengan memasang kusen yang rapuh sehingga kusen tersebut mencelakakan saya..."

hakim bertanya "benarkah itu saudagar kaya? kalau begitu kamu saudagar yang pantas mendapat hukuman" menggertak...

"tapi... tapi" sangkal saudagar.
"tapi apa?..." lanjut hakim.

seraya berfikir saudagar mencari-cari alasan lain karena dia tahu bahwa hakim ini bukan hakim yang pintar.
"tapi pak hakim, yang memasang kusen itu bukan saya, melainkan tukang kayu yang ada di ujung jalan kota ini" jawabnya cepat.

"BENARKAH ITU???" tanya sang hakim..
"PENGAWAAAAL...! CEPAT BAWA KEMARI TUKANG KAYU ITU..." perintahnya pada pengawal pengadilan.
tidak beberapa lama, tibalah sang tukang kayu dengan wajah yang heran tak tahu apa-apa.
"wahai kau tukang kayu! apakah benar kamu yang memasang kusen dirumah saudagar ini?" tanya hakim.
"benar tuan" jawabnya cepat.
"baiklah sekarang sudah jelas bahwa yang bersalah adalah tukang kayu ini. hukum dia dengan hukuman gantung" putus sang hakim cepat.

Si tukang kayu yang tidak tahu apa-apa menurut saja ketika dia mendapat putusan yang membuat dia sendiri bingung.

setelah tiba di tiang gantungan, sang algojo dikagetkan dengan kenyataan bahwa tinggi si tukang kayu itu lebih tinggi dari pada tiang gantungannya, sehingga tidak dapat menggantung si tukang kayu. hal ini spontang di laporkan kepada sang hakim.

"lapor tuan hakim, ternyata si tukang kayu terlalu tinggi" lapor algojo.
"APA...?" sang hakim terkaget sambil berfikir jalan yang terbaik.
setelah beberapa saat, sang hakim berhasil menemukan ide yang sama bodohnya dengan ide-ide sebelumnya.
"algojo! bukankah tukang kayu di negri ini tidaklah hanya dia seorang?" tanya hakim.
"benar tuan,lalu?" tanya algojo.
"cepat cari tukang kayu lain yang tingginya tidak melebihi dari tiang gantungan itu!" perintahnya lagi.
"baik tuan" jawab algojo cepat.
walhasil, orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan kasus kusen ini yang di hukum gantung, hanya karena dia seorang tukang kayu.

Dari cerita fiksi (bisa dibilang fiksi ilmiah, karena dapat pula ditemukan didunia nyata:red) diatas dapat diambil suatu pelajaran bahwa betapa pentingnya ilmu didalam kehidupan ini. Mengambil keputusan tidak dengan ilmu tidak akan menyelesaikan masalah, malah bisa membuat orang yang salah menjadi benar dan orang yang benar menjadi salah, dan juga merugikan orang lain yang tidak memiliki hubungan.

dengan blog ini semoga bisa menjadi sarana berbagi ilmu, baik dari penulis maupun pembaca blog ini.., seperti yang telah disampaikan di judul atas blog ini "dengan membagi ilmu, tidak akan mengurangi ilmu yang kita milki, akan tetapi bisa menambah"

Wallahu'alam bi shshowab

sumber cerita: majalah hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar