IP

Minggu, 30 Mei 2010

Padang Panjang Tak Lagi Terima Iklan Rokok


VIVAnews - Kementrian Kesehatan mengingatkan masyarakat akan bahaya rokok yang kian mengancam. Hari Tanpa Tembakau Se-dunia yang dirayakan di Indonesia dipusatkan di Kota Padang Panjang.

Acara Hari Tanpa Tembakau Se-dunia akan dipimpin langsung Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsih, Senin 31 Mei 2010 di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.

Gubernur Sumatera Barat Marlis Rahman perwakilan WHO juga turut hadir. Selain perayaan, Menteri Kesehatan juga akan meresmikan Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka di Kabupaten Solok dan mendengarkan deklarasi Anak Bebas Tembakau Se-Sumatera Barat.

Pemilihan Kota Padang Panjang sebagai tempat perayaan, karena selama ini pemerintah kota dan masyarakatnya dinilai berhasil mengendalikan rokok, bahkan melarang adanya iklan dan sponsor rokok di Kota itu.

Pendapatan Asli Daerah Padang Panjang harus terpotong dari pendapatan pemasangan Iklan rokok. Langkah ini tergolong sebuah terobosan yang berani.

"Sejak 2008, kami tidak terima sponsor dan iklan rokok. Meskipun sebelumnya, setiap bulannya PAD yang didapat dari iklan rokok harus hilang sebanyak Rp 100 juta," kata Walikota Padang Panjang, H Suirsyam, kepada wartawan jelang persiapan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Selain itu, angka harapan hidup di Padang Panjang sudah mencapai 70,9 Tahun dan sudah ada 290 kepala keluarga yang tidak merokok.

"Bebas rokok tidak hanya di Padang Panjang, tapi kota-kota diseluruh Indonesia. Kami tidak pernah melarang tapi membatasi rokok dan menghormati orang yang tidak merokok," katanya.

Jumlah perokok di Indonesia khususnya remaja semakin melonjak. Kondisi yang kian memprihatinkan. Berbagai upaya dan perjuangan dilakukan mengendalikan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Tembakau.

Disamping menimbulkan efek buruk bagi kesehatan, merokok juga penyumbang terbesar polusi udara. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), rokok adalah pembunuh yang akrab di tengah masyarakat. Setiap detiknya setiap orang meninggal karena rokok.

Sedangkan menurut data epidemi dunia menunjukkan tembakau membunuh lima juta orang setiap tahunnya. Jika ini terus berlanjut maka dikhawatirkan bahaya rokok di tahun 2020 akan menyebabkan terjadinya sepuluh juta kematian. Dan 70 persen kematian itu terjadi di negara yang sedang berkembang.

Tingginya populasi dan konsumsi rokok menempatkan Indonesia pada urutan ketiga konsumen tembakau atau rokok di dunia. Dengan konsumsi sebanyak 220 miliar batang pertahun 2005.

Penelitian lain dari Global Youth Tobacco Survey 2006 lalu, menunjukkan di Indonesia tercatat 64,2 persen anak sekolah terkena asap rokok selama mereka di rumah. Penelitian itu juga menyimpulkan 37,3 persen pelajar merokok, dan 3 dari 10 pelajar pertama kali merokok berumur 10 tahun. (mt)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar